Senior Currency Strategist, Bank Of New York Mellon, Neil Mellor menuturkan, dolar AS tetap tangguh dan emas terjebak dalam pola holding ketika pasar menunggu dan melihat rencana bank sentral AS untuk merangsang ekonomi dan inflasi.
"Sampai kita melihat kenaikan inflasi, emas akan berjuang untuk mendorong lebih tinggi," tutur dia.
Sementara itu, Presiden Direktur Blue Line Futures, Bill Baruch menuturkan, meski emas terbebani karena dolar AS lanjutkan penguatan, emas masih menarik dalam jangka panjang. Ini lantaran imbal hasil obligasi yang rendah.
“Harga emas akan menguat dan perlu waktu untuk menguat, Anda hanya harus bersabar. Imbal hasil obligasi rendah dalam jangka panjang menjadi katalis untuk emas,” ujar Baruch.
Ia menambahkan, langkah bank sentral AS menghapus harapan kenaikan suku bunga sebanyak dua kali juga seperti langkah putus asa dari bank sentral AS.
"Mengapa mereka membuat gerakan dovish seperti itu? Anda harus berpikir kalau melihat beberapa hal yang sebenarnya di luar sana. The Fed takut dan itulah masalahnya, mengapa Anda ingin emas dalam jangka panjang,” kata dia.
Selain itu, Fund Manager Incrementum AG, Ronald Stoeferle menuturkan, kekhawatiran resesi akan terus tumbuh. Ini menjadi hal positif untuk emas.
"Gerakan drastic oleh the Fed mengindikasikan mereka melihat sesuatu yang buruk tersembunyi di pasar keuangan dan investor tidak dapat mengabaikan itu," tutur dia.
Namun, Stoeferle melihat, harga emas perlu kembali didorong ke level resistance USD 1.360 sebelum investor memburu emas.
Sedangkan Baruch menuturkan, dolar AS menguat, investor harus ambil pendekatan jangka panjang untuk emas. Ia memilih beli untuk pengiriman Juni pada posisi USD 1.350.
Saksikan video pilihan di bawah ini
0 Comments:
Post a Comment