Bagi masyarakat Garut, dodol Picnic adalah kebanggaan lokal yang mampu mengerek citra daerah sebagai tujuan wisata hingga kini. "Memang sejak awal kami memiliki prinsip, bagaimana menjadikan dodol ini agar menjadi kebanggaan masyarakat, kami enggak muluk-muluk," ujar dia dengan ramah.
Ato mengenang, berdasarkan cerita orangtua, produk dodol Garut pertama kali diproduksi sekitar tahun 1920-an saat masa kolonial Belanda. Saat itu, beberapa warga sudah mulai memproduksi dodol untuk skala rumahan.
"Karena memang bahan dasarnya banyak dan melimpah di Garut," kata dia.
Namun, seiring berjalanya waktu, tepatnya setelah Indonesia merdeka tahun 1945, menjelang berakhirnya dekade 1940-an, beberapa perusahaan dodol lokal, mulai muncul ke permukaan, sebut saja toko dodol Khadijah, Jamilah, Halimah, hingga Fatimah.
"Biasanya nama toko itu diambil dari nama istri pemiliknya atau anak kesayangan," ujar dia sambil tersenyum.
Khusus dua nama terakhir, ujar dia, merupakan toko dodol milik keluarganya. Bedanya, jika Halimah dijalankan Iton Damiri, yang merupakan pamannya, sementara toko Fatimah, langsung dijalankan Aam Mawardi, yang tak lain ayah kandungnya.
"Awalnya Halimah dulu yang berdiri tahun 1947, kemudian Fatimah keduanya berada di sekitar Garut Kota," dia mengenang.
Tidak ada persaingan sengit kedua toko milik kakak-beradik itu, tetapi cara membidik segmentasi pasar mulai berubah di antara keduanya.
"Jika Halimah untuk lokal Garut, nah ayah yang menjalankan Fatimah mulai berpikir, bagaimana kalau dodol jangan hanya jago kandang, tetapi sukses juga ke luar," ujarnya menerangkan kedua toko yang kelak menjadi cikal bakal dodol Picnic hinga kini.
Akhirnya mulai awal 1950-an, kota Bandung yang terbilang dekat dengan wilayah Garut, dipilih menjadi kota pertama, untuk memasarkan produk dodol Garut yang mulai melakukan ekspansi tersebut.
"Kebetulan di jalan Pasir Koja Bandung, ada toko grosir kelontongan besar bernama 'Picnic', sangat terkenal yang menjual barang-barang logistik impor seperti cokelat, susu, keju untuk kalangan ekspatriat dan kaum bangsawan lokal," kata dia.
Dari situlah Aam mulai memberanikan diri menawarkan produk dodol, agar masuk di toko kelontongan terkenal saat itu. "Itu mungkin sebuah tantangan bagi Ayah, bagaimana bisa tembus ke sana," kata dia.
https://www.liputan6.com/regional/read/3923247/cerita-punggawa-dodol-picnic-garut-wujudkan-cita-cita-mulia-dari-merawat-tradisi
0 Comments:
Post a Comment