Liputan6.com, Jakarta Kementerian Pertanian (Kementan) menekankan, ada banyak faktor terkait harga jagung yang kini tercatat naik di tingkat petani. Salah satunya distribusi panen jagung yang tidak merata.
Direktur Jenderal Tanaman Pangan (Ditjen TP Kementan) Sumarjo Gatot Irianto mengatakan, pasokan jagung hingga hari ini masih terbilang cukup.
Bahkan dia mengaku telah memeriksa penyebab kenaikan harga jagung tersebut di pasar.
"Untuk produksi jagung sementara catatan kita itu 28 juta ton di Angka Ramalan I. Kita masih bicarakan kepada para petani jangan dilepas setinggi-tingginya harga ini. Kita memang belum tahu apa yang mengerek harga jagung jadi tinggi begini," tuturnya di Gedung Kementan, Selasa (25/9/2018).
Gatot menjelaskan, selain persoalan pasokan, dari sisi logistik juga berdampak besar pada harga jagung. Oleh karena itu, Kementan terus memperbanyak alat pengering jagung, terutama untuk daerah-daerah pedalaman.
"Distribusi panen juga berpengaruh, panen di Maluku dan Jawa kan beda, ini karena ada aspek logistiknya. Apalagi panen untuk di daerah remote, makanya kita tambah 1.000 alat pengering jagung. Untuk jagung multipurpose," ujarnya.
Sementara itu, hingga hari ini, Gatot mengungkapkan, luas tanam jagung telah mencapai 1.047.000 hektar. Itu belum terhitung hingga total akhir bulan September ini.
"Awal bulan September 780 ribu hektar, hari ini 1.047.000 ribu hektar. Ini belum selesai ya sampai September, kan masih ada 5 hari lagi," ungkapnya.
Sebagai informasi, saat ini harga jagung di tingkat [petani ]( 3609080 "")sebesar Rp 3.600 per kilogram (kg). Sementara, harga acuan jagung menurut Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) di tingkat petani ialah Rp 3.150 per kg dan Rp 4.000 di tingkat konsumen.
https://www.liputan6.com/bisnis/read/3652341/harga-jagung-petani-naik-ini-kata-kementan
0 Comments:
Post a Comment