Shankar menuturkan, bahkan jika ketegangan perang dagang membara, perusahaan masih akan coba dan mengalihkan beberapa rantai pasokannya ke Asia Tenggara. Menurut dia ada dua alasan mengenai hal tersebut.
"Salah satunya proses yang sudah berjalan dan pengalaman perusahaan di negara tersebut seperti Vietnam dan Thailand yang positif. Kedua, ini hanya praktik bisnis yang baik untuk memastikan bahwa bisnis Anda terdiversifikasi dan tidak memiliki risiko konsentrasi di supply chain,” ujar dia.
Ia menuturkan, ke depan, perusahaan beralih ke rantai pasokan yang memiliki banyak sumber pasokan untuk produksi tertentu.
Prospek dan demografi pertumbuhan Asia Tenggara telah menarik minat banyak investor yang ingin tanamkan modal di wilayah tersebut.Apalagi berdasarkan studi terbaru, ekonomi digital di Asia Tenggara akan melampaui USD 240 miliar pada 2025. Ini karena koneksi jaringan.
"Ini adalah blok ekonomi terbesar kelima sebanding dengan ukuran di Inggris dan India. Pertumbuhannya mencapai 4,5 hingga 5 persen. Ada banyak investasi langsung yang datang ke wilayah itu," ujar Shankar.
Ia menambahkan, kehadiran perusahaan yang dinamis membuat ASEAN menjadi basis rantai pasokan yang sah. Ia menuturkan, setiap negara di kawasan itu memiliki spesialisasi yang berbeda. Contohnya Thailand memiliki sektor otomotif yang kuat. Sementara itu, Vietnam kuat di bidang tekstil dan komponen elektronik.
"Perusahaan juga akan memperoleh manfaat dari permintaan domestik yang kuat di kawasan ini," tutur dia.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
0 Comments:
Post a Comment