Liputan6.com, Damaskus - Setidaknya 50 warga sipil Suriah sedang dirawat intensif menyusul dugaan serangan gas di kota Aleppo, yang menurut pemerintah setempat disalahkan kepada kelompok pemberontak.
Sebagian besar dari mereka yang dirawat di rumah sakit pada Sabtu 24 November, di wilayah utara negara yang dilanda perang itu, mengalami masalah pernapasan dan penglihatan kabur, kata para dokter kepada televisi negara.
Dikutip dari The Guardian pada Minggu (25/11/2018), seorang dokter mengatakan dua orang berada dalam kondisi kritis, termasuk seorang anak.
Ada bau gas di Aleppo setelah proyektil ditembakkan, kata Rami Abdurrahman, kepala Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia, yang berbasis di Inggris.
Di Aleppo, gubernur lokal Hussein Diab mengunjungi korban luka di rumah sakit dan mengatakan kepada televisi pemerintah bahwa 41 orang telah dirawat.
Dia menuduh pemberontak menggunakan gas beracun dalam misil yang mereka lempar di lingkungan pemukiman al-Khalidiya di kota itu.
Pejabat kesehatan Haj Taha kemudian mengatakan jumlah korban luka mencapai 50 orang, menambahkan bahwa gejala yang ditunjukkan merujuk pada efek samping penggunaan gas klorin. Tes lebih lanjut diperlukan, katanya.
Televisi pemerintah kemudian mengatakan pasukan nasional telah bergerak untuk membalas, memukul sumber serangan itu.
Di lain pihak, para komandan pemberontak dan tokoh-tokoh oposisi mendiskreditkan laporan-laporan pemerintah, dan menyangkal mereka melemparkan gas ke Aleppo.
"Pihak oposisi tidak memiliki senjata kimia atau sarana untuk menanganinya," kata komandan pemberontak Abdel-Salam Abdel-Razek.
Di Twitter, ia menuduh pemerintah Suriah melancarkan serangan itu untuk menyudutkan para kelompok oposisi. Juru bicara pemberontak Musafa Sejari mengatakan pemerintah berusaha untuk melemahkan gencatan senjata.
Simak video pilihan berikut:
0 Comments:
Post a Comment