Liputan6.com, Purwokerto - Alkisah, sejak lima tahun lalu, Slamet Riyadi, pengusaha asal Purwokerto Wetan, Banyumas, Jawa Tengah kerap beramal dengan membagi makanan dan minuman kepada kaum duafa, atau yang membutuhkan.
Nyaris tiap hari, ia rela menyisihkan waktunya untuk membagikan langsung kepada tukang becak, tukang parkir, pemulung maupun pengemis. Terkadang, kaum Duafa mudah ditemui.
Tetapi, di hari lainnya ia kehilangan momentum untuk berbagi. Misalnya, saat kaum Duafa ada, ia belum siap dengan makanan atau minuman yang hendak dibaginya.
Di waktu lain, ia tak memiliki kesempatan untuk membagikan langsung kepada kaum Duafa. Sebab, hari-harinya sebagai pengusaha sangat menyita waktu.
Di sisi lain, Slamet yakin, sejatinya tiap orang mampu berkeinginan untuk beramal atau menyisihkan sebagian hartanya bagi yang membutuhkan. Hanya saja, ada yang kebingungan untuk beramal dengan cara mudah.
Dari situ, terbersit keinginan untuk membuat semacam kotak amal untuk berbagi. Kotak amal ini dia yakini berangsur akan diketahui oleh orang-orang yang membutuhkan.
Lantas, ia pun memasang etalase kaca mirip lapak jualan di pojok kios miliknya di kompleks kampus Universitas Jenderal Soedirman Unsoed, Purwokerto. Kotak nasi gratis itu ditempeli stiker tertulis, 'Siapapun boleh mengambil, siapapun boleh mengisi'.
Dari kalimat itu jelas, siapa saja yang membutuhkan bebas mengambil makanan atau minuman yang tersedia. Sebaliknya, siapa pun yang hendak beramal makanan atau minuman bakal mengisi etalase kaca ini.
"Ini biar praktis. Selama ini bagi-bagi di jalan. Tapi kendala kalau lagi hujan atau ada kesibukan lain. Makanya saya bikin konsep seperti ini," ucapnya.
Tepat seperti dugaannya, kotak amal atau etalase amalnya cepat dikenal. Tukang parkir maupun pemulung yang lewat kerap mampir, untuk melepas dahaga.
https://m.liputan6.com/regional/read/3731554/etalase-amal-di-purwokerto-kaum-duafa-bebas-makan-dan-minum
0 Comments:
Post a Comment