Pepeng memroses biji kopi hingga menjadi bubuk kopi tanpa banyak menggunakan mesin. Ia kemudian mengolah kopi tersebut secara manual untuk memertahankan citarasa kopi. Hal itu dipelajari secara otodidak.
Pria kelahiran Sleman, Yogyakarta, 14 November 1979 itu membeli mesin roasting pada 2014. Ia beli mesin tersebut agar bisa mengolah biji kopi.
Kopi dikatakan enak dari rasanya. Tak berhenti di situ, rasa enak itu dari prosesnya. Mulai dari pengolahan, petik, pengeringan, sortasi, hingga fermentasinya.
Di tengah menjamurnya kedai-kedai kopi, Pepeng tetap pada pendiriannya tak akan membuat gerai kopi di tempat. Ia berharap Klinik Kopi yang didirikan bersama istrinya, Viviana Asri, bisa berdampak luas dan menginspirasi orang lain.
Meski begitu, kehadiran kedai-kedai kopi di Indonesia patut disyukuri. Namun, bertahan atau tidaknya kedai-kedai kopi bertebaran saat ini sangat tergantung dengan passion.
"Orang lain buat warung kopi mungkin bisa bosan, karena nyeduh berkali-kali. Makanya, kami hanya buka empat jam, dari jam 4 empat sore sampai jam 8 malam. Tapi bagi bagi saya kopi adalah passion. Jadi nggak pernah merasa bosan," kata Pepeng.
Saksikan video pilihan di bawah ini: