Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat pada perdagangan Senin ini. Rupiah bakal diperdagangan di kisaran 14.000 per dolar AS hingga 14.050 per dolar AS.
Mengutip Bloomberg, Senin (25/2/2019), rupiah dibuka di angka 13.995 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 14.057 per dolar AS.
Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran yang lebar yaitu 13.995 per dolar AS hingga 14.022 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah menguat 2,56 persen.
Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 14.007 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan patokan sebelumnya yang ada di angka 14.079 per dolar AS.
Rupiah Senin pagi ini bergerak menguat seiring kemajuan kesepakatan dagang antara Amerika Serikat dan China.
"Presiden AS Donald Trump melakukan ciutan via Twitter pada akhir pekan lalu untuk menunda penerapan kenaikan tarif 25 persen untuk barang-barang impor China senilai 200 miliar AS yang semestinya pada 1 Maret mendatang, seiring dengan kemajuan pembicaraan dagang antara AS-China yang sedang berlangsung secara intensif," kata ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih dikutip dari Antara, Senin (25/2/2019).
Sebelumnya, pada 22 Februari 2019, Presiden Trump telah bertemu dengan Wakil Perdana Menteri China Liu Hie dan akan melanjutkan pertemuan dengan Presiden China XI Jinping pada akhir Maret di Florida.
Dari pembicaraan saat ini, diperoleh kesepakatan China akan membeli barang-barang dari AS senilai 1,2 triliun dolar AS.
Menurut Lana, kesepakatan tersebut memberikan sentimen positif terhadap pasar global dan mengurangi ketidakpastian pertumbuhan ekonomi global. "Hari ini rupiah kemungkinan menguat ke level 14.000 per dolar AS hingga 14.050 per dolar AS," ujar Lana.
BI Nilai Rupiah Masih Terlalu Murah
Sebelumnya, rilai tukar rupiah mengalami tren penguatan terhadap Dolar Amerika Serikat (AS) dalam beberapa hari terakhir ini. Namun meskipun sudah mengalami penguatan, Bank Indonesia (BI) melihat bahwa level saat ini masih murah atau undervalued.
Gubernur BI, Perry Warjiyo, mengatakan nilai tukar rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) ke depannya masih berpotensi untuk terus menguat.
"Nilai tukar rupiah ke depan akan bergerak stabil dan rupiah saat ini masih undervalued," kata Perry saat ditemui di Mesjid BI, Jakarta, pada Jumat 22 Februari 2019.
Perry mengungkapkan ada 4 faktor yang akan menjadi pendorong stabilitas rupiah di tahun ini.
"Jadi ke depan stabilitas rupiah akan didukung oleh 4 hal, yakni masuknya aliran modal asing tambah suplai valas (valuta asing) dalam negeri ,kedua fundamental ekonomi lebih baik dari sisi pertumbuhan,inflasi rendah dan CAD yang juga menurun," ujarnya.
Selain itu, kenaikkan suku bunga AS atau FFR yang dilakukan oleh The Fed tidak akan seagresif tahun lalu. Hal itu membuat posisi Rupiah semakin aman di pasar.
"Tentu saja ketiga FFR yang kan lebih rendah semula 3 kali, kemudian diturunkan 2 kali dan diperkirakan tahun ini hanya naik 1 kali FFR," jelasnya.
Terakhir adalah mekanisme pasar yang dinilai semakin membaik.
"Keempat mekanisme pasar yang terus semakin baik, baik di swap, dan DNDF (Domestic Non Deliverable Forward)," tutupnya.
0 Comments:
Post a Comment